Rabu, 06 Juni 2012

Hama dan budidaya Talas


Tanaman Talas merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi. Oleh karena itu budi daya talas pada umumnya dilakukan untuk mendapatkan keuntungan. Namun sering kali proses budi daya mengalami berbagai hambatan dan kendala, di antaranya serangan hama dan penyakit. Untuk mencegah terjadinya kerugian ataupun gagal panen akibat serangan hama dan penyakit ini maka perlu membekali diri dengan pengetahuan yang memadai mengenai jenis-jenis hama dan penyakit serta cara pengendaliannya. Berikut ini beberapa jenis hama dan penyakit yang umum menyerang tanaman talas sebagai tambahan informasi untuk Anda. Semoga bermanfaat !

JENIS HAMA PADA BUDIDAYA TANAMAN TALAS

Beberapa jenis hama yang sering menyerang Tanaman Talas antara lain :




SERANGGA APHIS GOSSYPII (HEMIPTERA: APHIDIDAE)

Baik nimfa maupun dewasa yang bersayap dan tidak bersayap mengisap cairan daun.
Gejala: daun menjadi agak keriting. Aphis mengeluarkan cairan madu, yang dapat menarik semut. Serangga ini tersebar di seluruh dunia kecuali di daerah dingin seperti di Siberia dan Kanada. Selain talas hama ini juga menyerang melon, timun, labu-labuan serta kapas.

Pengendalian: dengan insektisida pada tanaman talas dinilai kurang ekonomis, kecuali apabila tingkat serangan sangat tinggi pada tanaman muda. Insektisida yang digunakan adalah carbaryl, diazinon dimetoat dan malation cukup efektif untuk mengendalikan hama tersebut.

ULAT HEPPOTION CALERINO (LEPIDOPTERA: SPHINGIDAE)

Gejala: ulat berukuran besar dan sangat rakus yang dapat memakan seluruh helai daun, bahkan populasi tinggi dapat makan pelepah daun juga, sehingga tanaman menjadi gundul. Selain talas ulat juga merusak tanaman kacang hijau, ubi jalar dan gulam. Serangga ini tersebar di negara-negara tropika dan sub tropika, Australia dan Pasifik.

Pengendalian: mengambil dan memusnahkan ulat tersebut. Selain itu, karena kepompong berada di dalam tanah, maka pembajakan lahan setelah panen dapat memusnahkan hama tersebut. Usaha pengendalian dengan insektisida telah dilakukan di Papua Nugini yaitu dengan Carbaryl jika kerusakan mencapai 50 %.

SERANGGA AGRIUS CONVOLVULI (KUPU-KUPU: SPHINGIDAE)

Serangga ini tersebar di Afrika, Australia, Bangladesh, Burma, Cina Selatan, Eropa Selatan, India, Indonesia, Malaysia, Selandia Baru, kepulauan-kepulauan di pasifik dan Papua Nugini (Anonymous, 1986). Ulat yang berukuran a populasi yang tinggi, ulat juga makan tangkai daun sehingga tanaman menjadi gundul. Selain tanaman talas ini juga merusak kacang hijau, ubi jalar dan gulma (Kalshoven, 1931). besar sangat rakus memakan daun. Defoliasi dimulai dari tepi daun.

Pengendalian: kepompong terbentuk di dalam tanah, maka pembajakan tanah setelah panen dapat memusnahakan hama tersebut. Selain itu pengambilan ulat dan memusnahkannya merupakan cara pengendalian yang efektif untuk areal kecil. Usaha pengendalian dengan insektisida yang efektif hendaknya dilakukan pada saat ulat masih kecil dengan carbaryl 0,2 % (Anonymous, 1986).

SERANGGA TAROPHAGUS PROSERPINA (HEMIPTERA: DELPHACIDAE)

Gejala: serangga dewasa dan nimfa mengusap cairan pelepah daun, sehingga warnanya berubah menjadi coklat. Serangga ini tersebar di kepulauan Pasifik, Hawai, Indonesia, Philipina, Kepulauan Ryuku dan Quensland.


Pengendalian: diintroduksikan sejenis pemangsa yaitu Cyrtorthinus pulus atau dengan serangga yang dinilai efektif untuk mengendalikan hama tersebut yaitu carbaryl, malation, dan tri-chlorform.

SERANGGA BEMISIA TABACI (HEMIPTERA: ALEURODIDAE)

Serangga ini tersebar di daerah tropika dan sub tropika. Nimfa dan dewasanya di permukaan bawah daun, dan mengisap cairan daun.

Gejala: pada serangan yang berat daun menjadi kering, pertumbuhan terhambat dan tanaman menjadi kerdil. Selain talas, B. tabaci juga menyerang tanaman kedelai, ubi kayu, terung­terungan dan kacang-kacangan lain.
Pengendalian: menggunakan cabaryl, malation, dan tri-chlorform.

ULAT SPODOPTERA LITURA (KUPU-KUPU: NOCTUIDAE)

Gejala: daun yang terserang oleh kelompok ulat yang masih kecil akan kehilangan
lapisan epidermisnya sehingga menjadi transparan, dan akhirnya kering. Ulat yang lebih besar akan tersebar dan masing-masing makan daun. Defoliasi yang di sebabkan ulat yang besar mirip dengan kerusakan yang disebabkan oleh Agrius convolvuli. Selain talas ulat juga menyerang tanaman jarak, tembakau, tomat, jagung, ubi jalar, kubis, cabe dan kacang-kacangan. Diantara inang tersebut, daun talas yang paling disukai, oleh karena itu dapat dimanfaatkan sebagai media pembiakan massal ulat tersebut untuk tujuan penelitan.
Pengendalian: dengan insektisida dilakukan apabila kerusakan telah mencapai 50 % dengan insektisida carbaryl dan dichorvos. Selain itu monokrotofos, kuinalfos dan endosulfan juga efektif untuk mengendalikan S. litura. Pengendalian lebih efektif jika dilakukan pada saat ulat masih kecil.

SERANGGA TETRANYCHUS CINNABARINUS (ACARINA: TETRANICHIDAE)

Gejala: helai daun yang terserang nampak bintik-bintik putih atau kuning, karena serangga tersebut mengisap cairan daun. Apabila populasi sangat tinggi daun kelihatan memutih, kemudian layu dan mati. Apabila diamati nampak banyak sekali tunggau yang berwarna merah terletak di permukaan bawah daun. Tunggau disebarkan oleh manusia dan angin.

Pengendalian: pestisida azodrin, caerol, galecron, plictron, omite dan trition. Galecron dan plictron mempunyai residu yang panjang dan juga sebagai ovisida. Fungisida dapat juga untuk mengendalikan tungau yaitu Du Ter dan benlate.

HEPIALISCUS SORDIDA (KUPU-KUPU: HEPIALIDAE)

Gejala: daun yang terserang menjadi berlubang dengan garis tengah 5-10 cm, dan di isi oleh kotorannya. Pada serangan berat seluruh umbi terserang sehingga tinggal pangkal batangnya saja, sehingga tanaman mudah di cabut. Tanaman yang terserang pertumbuhannya agak kurang tegar dibanding dengan tanaman sehat. Kerugian yang disebabkan oleh hama ini cukup besar pada lahan kering. Serangan meningkat apabila petani menggunakan pupuk kandang.
Pengendalian: belum ada.

JENIS PENYAKIT PADA BUDIDAYA TALAS

PENYAKIT HAWAR DAUN (PHYTOPHTORA COLOCASIAE)

Gejala: terdapat bercak kecil berwarna kehitaman, kemudian membesar menjadi hawar. Bagian daun yang terserang mengering, pada serangan berat seluruh daun mengering.

Pengendalian: menanam varietas tahan. Penyaringan klon-klon merupakan salah satu tahapan dalam pembentukan varietas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar